Petani Gambir sedang menjemur hasil panen mereka. |
KabaMinang.My.Id - Kementerian UMKM mendorong percepatan hilirisasi gambir di Sumatera Barat dengan pemanfaatan teknologi modern agar komoditas ini tidak hanya dijual mentah, tetapi memiliki nilai tambah industri. Deputi Bidang Usaha Kecil, Temmy Satya Permana, menegaskan hilirisasi penting karena petani masih lemah dalam tata niaga dan bergantung pada pasar India.
Indonesia menguasai 80% pasar gambir dunia dengan pertumbuhan ekspor 16,16% per tahun (2019–2023), namun sebagian besar masih diekspor mentah sehingga nilainya rendah. Hilirisasi menjadi salah satu program prioritas RPJMN 2024–2029, tidak hanya untuk mineral, tetapi juga pertanian dan perkebunan.
Tantangan yang dihadapi meliputi keterbatasan teknologi, SDM, dan akses pasar. Data SIDT Kementerian UMKM mencatat 93,95% UMKM masih berproduksi secara tradisional sehingga produktivitasnya rendah.
Sebagai solusi, Kementerian UMKM mengembangkan Rumah Produksi Bersama (RPB) di berbagai daerah untuk mengolah komoditas unggulan menjadi barang setengah jadi atau jadi, serta mendorong digitalisasi dalam produksi dan rantai pasok.
Melalui forum FGD ini, diharapkan lahir langkah konkret untuk mempercepat hilirisasi gambir dengan dukungan teknologi, penguatan pasar domestik dan ekspor, serta sinergi lintas pemangku kepentingan.